Sunday, November 22, 2009

Tanjung Duren Lautan Limbah

Waduh, jarang posting ya gue. Maaf ya, maklum artis kan sibuk sana sini belom lagi padatnya jadwal shooting iklan shampo anjing gue yang terbaru. Kaga deng, sebenernya bingung mau cerita apa. Kehidupan lagi seret. Seret cerita, seret pengalaman, seret waktu, termasuk seret biaya. Jadi maaf ya blog gue ga keurus (terutama Ope yang suka baca blog gue dan bilang gue kaya ngedongeng).

Gue mau ceritain tragedi banjir di Kebon Jeruk. Jadi begini ceritanya... *jengjeng (musik horor)

Siang itu anak anak team dispensasi keluar sekolah karena tanding di sekolah Abdi Siswa di kawasan Tanjung Duren. Tanding jam 2, sedangkan sekarang jam 1 belum juga berangkat. Kenapa? Hujan menghalangi usaha kami untuk sukses. Yeay! Karena motor cuma 2, berangkatlah gue Tania Karin dan Maria ke kawasan itu. Maria dan Karin lebih dulu jalan, gue menyusul. Sedangkan yang lain naik mobil Hanny (somfret ga tuh?).

Dengan modal nekat dan maksa, gue berangkat bawa motor Tania. Karena helm cuma 1, keputusan akhir menyelamatkan kepala dengan menggunakan kantong plastik garis-garis-pink itu. Dengan muka cina, jidad lebar, rambut cepol di atas kepala, ditambah dengan plastik yang lebih mirip kolor bapak gue itu meluncur ke Tanjung Duren.

Sialnya amat sial, di pinggir tol banjir se mata kaki. Okay, no problem yak gua terobos aje tu aer cetek. Dengan pede dan kecipratan aer dari mobil depan, gue hajar banjir yang sekarang se pergelangan kaki.

Tapi, ada yang janggal! Kok betis gue dingin? Setelah diamati dengan seksama, banjirnya se betis. Lalu meninggi se dengkul. Gue hajar ombak coklat itu sampe motor berasa naek jetski. Mana mati mati motornya.

Sesampainya di jalan masuk Absis, ternyata genangan aer hitam hampir se paha menyambut kita. Mungkin sambil bilang; rasakan kedahsyatan ombak kami yang akan mematikan motor reotmu. HA-HA-HA-HA. Ya gue cuma pasrah tawakan ikhtiar berusaha biar motor ga mati. Namun apa daya. Banjir lebih kejam dari pembunuhan. Makasih buat kang parkir yang dorongin motor, tiada kesan tanpa kehadiranmu.

Naro motor dan ngejemur kaos kaki. Setelah itu, kita beranikan diri nyebrang lautan tinta itu. Dengan penuh kepedean, gue melangkah duluan. Merasa paling tua, gue bimbing Tania dan adik adik kelas gue menuju Absis yang hanya 15 meter kalo ga ujan. Lalu, kok berasa ada yang jalan ya di kaki gue. Sebelum nengok ke bawah, muncul suara... 'tokkek-tokkek'

SELAMAT YA ADA TOKEK DI KAKI LO! Hebat sekali fantastic! Gue kabur dan mencari kamar mandi. Sekolah banjir juga dan after masuk ke wc, ada banyak kelabang dan kecoa disana. Rasanya mau bunuh diriiiii gue (memegang dada) nelen tabung elpiji.

Udah deh gue gamau inget lagi. Puncak dari kejadian hari ini, tanding diundur!

No comments:

Post a Comment